12/19/2011

Pemasaran dan Manajemen Pemasaran


Pemasaran adalah sebuah proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk dan jasa serta nilai satu sama lain.

Beberapa istilah yang mungkin akan sering kita temui dalam pemasaran antara lain:
  • Kebutuhan manusia (human need) : keadaan dimana seseorang merasa kehilangan sesuatu
  • Keinginan manusia (human wants): pola kebutuhan manusia yang dibentuk oleh kebudayaan dan kepribadian individu.
  • Permintaan   : keinginan manusia yang didukung daya beli.
  • Produk : segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan atau di-konsumsi dan yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan, meliputi obyek-obyek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan ide.
  •  Pertukaran : tindakan untuk memperoleh obyek yang diingin-kan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya.
  • Transaksi : perdagangan antara dua pihak yang melibatkan setidaknya dua benda/hal yang bernilai, syarat-syarat yang disepakati, waktu berlakunya per-janjian dan tempat perjanjian.
  • Pasar : himpunan para pembeli aktual dan potensial dari suatu produk .
  • Pemasaran : bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran demi menawarkan kebutuhan dan keinginan manusia. 


Manajemen Pemasaran adalah analisis perencanaan, implementasi dan pengendalian atas program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan menjaga pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan-tujuan organisasional.


Ada 5 (lima) konsep pemasaran yang dilakukan organisasi untuk menjalankan pemasaran mereka: 

1. Konsep Produksi: Falsafah yang menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang tersedia dan selaras dengan kemampuan, dan manajemen sebaiknya memusatkan perhatian pada peningkatan efisiensi produksi dan distribusi.

2. Konsep Produk: Gagasan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan mutu, kinerja dan penampilan terbaik dan bahwa suatu organisasi sebaiknya mencurahkan tenaganya untuk melakukan perbaikan produk secara berkesinambungan.

3. Konsep Penjualan: Gagasan bahwa konsumen tidak akan membeli cukup produk perusahaan, kecuali jika perusahaan tersebut melakukan upaya-upaya penjualan dan promosi yang gencar.

4. Konsep Pemasaran: Falsafah manajemen pemasaran yang menyatakan bahwa pencapaian tujuan-tujuan organisasional bergantung pada penetapan kebutuhan dan keinginan dari pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dibandingkan dengan pesaing.

5. Konsep Pemasaran Kemasyarakatan: Gagasan bahwa organisasi sebaiknya menentukan kebutuhan keinginan dan minat dari pasar sasaran dan mengirimkan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari pada pesaing sedemikian rupa sehingga mampu memelihara atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

Dalam memasarkan produk-produknya produsen selalu akan menentukan pasar sasarannya agar produk yang dijual dapat terserap pasar. Untuk hal tersebut maka perlu ditentukan terlebih dahulu segmennya. Mereka mengidentifikasi dan membedakan kelompok-kelompok pembeli yang mungkin lebih menyukai atau memerlukan berbagai produk dan bauran pasar. Segmen pasar dapat diindentifikasikan dengan memeriksa perbedaan-perbedaan: 
- Demografis
- Psikografis
- Perilaku dikalangan pembeli 


BAURAN PEMASARAN

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran. McCharty mengklasifikasikan bauran pemasaran menjadi 4 Kelompok:

- Product (produk)

- Price (harga)

- Place (tempat)

- Promotion (promosi)



Manajemen Sumber Daya Manusia

Fokus utama manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah memberikan kontribusi pada suksesnya organisasi. Kunci untuk meningkatkan kinerja organisasi adalah dengan memastikan aktivitas SDM mendukung usaha organisasi yang terfokus pada produktivitas, pelayanan dan kualitas.

Produktivitas. Diukur dari jumlah output per tenaga kerja, peningkatan tanpa henti pada produktivitas telah menjadi kompetisi global. Produktivitas tenaga kerja di sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh usaha, program dan sistem manajemen.

Kualitas. Kualitas suatu barang/jasa akan sangat mempengaruhi kesuksesan jangka panjang suatu organisasi.Bila suatu organisasi memiliki reputasi sebagai penyedia barang/jasa yang kualitasnya buruk, perkembangan dan kinerja organisasi tersebut akan berkurang.

Pelayanan. SDM sering kali terlibat pada proses produksi barang/jasa. Manajemen SDM harus disertakan pada saat merancang proses tersebut. Pemecahan masalah harus melibatkan semua karyawan, tidak hanya manajer, karena sering kali membutuhkan perubahan pada budaya perusahaan, gaya kepemimpinan dan kebijakan SDM.

Untuk mencapai sasaran tersebut, manajemen SDM haruslah terdiri dari aktivitas-aktivitas yang saling berkaitan. Aktivitas SDM adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dan Analisis SDM
Aktivitas perencanaan ini dilakukan untuk mengantisipasi kekuatan yang akan mempengaruhi pasokan dan permintaan akan tenaga kerja. Sedangkan, aktivitas analisis dan penilaian selektivitas SDM juga penting dilakukan sebagai bagian dari menjaga daya saing organisasi. Dukungan informasi akurat dan tepat waktu yang didapatkan dari Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM) sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas ini.

2. Kesetaraan Kesempatan Bekerja
Kepatuhan pda hukum dan peraturan Kesetaraan Kesempatan Bekerja (Equal Employment Opportunity - EEO) mempengaruhi aktifitas SDM lainnya dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen SDM. Contohnya, perencanaan SDM harus memastikan sumber tenaga kerja yang bervariasi untuk memenuhi jumlah tenaga kerja yang ditetapkan oleh hukum dan peraturan. Selain itu, pada saat perekrutan, seleksi dan pelatihan, semua manajer harus mengerti peraturan ini.

3. Perekrutan/Staffing
Sasaran perekrutan adalah untuk menyediakan pasokan tenaga kerja yang cukup untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Dengan mengerti apa yang dilakukan oleh tenaga kerja, analisis perkerjaan (job analysis) adalah dasar dari fungsi perekrutan. Dari sini, uraian pekerjaan (job description) dan spesifikasi pekerjaan (job spesification), dapat dipersiapkan untuk proses perekrutan. Proses seleksi sangatlah menekankan pada pemilihan orang yang memenuhi kriteria persyaratan (qualified) untuk mengisi lowongan pekerjaan.

4. Pengembangan SDM
Pekerjaan pasti akan berevolusi dan berubah, karena itu diperlukan pelatihan yang berkesinambungan untuk tanggap pada perubahan teknologi. Pengembangan semua tenaga kerja, termasuk pengawas (supervisor) dan manajer, diperlukan iuntuk menyiapkan organisasi menghadap tantangan ke depan. Perencanaan Karir (Career Planning) mengidentifikasi jalur dan aktivitas setiap individu yang berkembang di suatu organisasi.
 
5. Kompensasi dan Keuntungan
Kompensasi diberikan pada tenaga kerja yang melakukan kerja organisasi seperti pembayaran (pay), insentif (incentive), dan keuntungan (benefits). Perusahaan harus mengembangkan dan selalu memperbaiki sistem upah dan gaji. Program insentif seperti pembagian keuntungan dan penghargaan atas produktivitas semakin banyak dilakukan. Peningkatan biaya pada keuntungan, contohnya pada keuntungan pemeliharaan kesehatan, selalu menjadi isu penting.

6. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja
Kesehatan dan keselamatan fisik serta mental tenaga kerja adalah hal yang utama. Occupational Safety and Health Act (OSHA) atau Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah membuat organisasi lebih tanggap atas isu kesehatan dan keselamatan. Pertimbangan tradisional atas keselamatan kerja terfokus pada mengurangi atau menghapuskan kecelakaan kerja. Pertimbangan lain adalah pada isu kesehatan yang timbul pada lingkungan kerja yang berbahaya seperti resiko terkena bahan kimia atau teknologi baru. Keamanan tempat kerja juga semakin penting karena kekerasasn tidak jarang terjadi di sini.

7. Hubungan Tenaga Kerja dan Buruh / Manajemen
Hak-hak tenaga kerja harus diperhatikan, tidak peduli apakah ada atau tidak ada serikat tenaga kerja. Komunikasi dan pembaharuan kebijakan dan peraturan SDM sangat penting untuk dikembangkan sehingga manajer dan tenaga kerja tahu apa yang diharapkan dari mereka.

Sumber:
Robert L. Mathis, John H.Jackson,”Manajemen Sumber Daya Manusia”, Thomson Learning, 2001
William B. Werther Jr, Keith Davis, “Human Resources and Personnel Management”, McGraw Hill, 1996.

12/18/2011

Merintis Usaha Baru


Seseorang yang baru memasuki dunia usaha (business) harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi risiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja, berkemampuan mengorganisir, kreatif, dan lebih menyukai tantangan.

Merintis usaha baru dapat dilakukan dengan cara membentuk dan mendirikan usaha baru menggunakan modal, ide, organisasi serta manajemen yang dirancang sendiri. Ditinjau dari bentuknya dapat berupa:
(a) Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yg dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang.
(b) Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerja sama dua orang atau lebih yang secara bersama sama menjalankan usaha bersama dan
(c) Perusahaan berbadan hukum, yaitu perusahaan yg didirikan atas dasar badan hukum dengan modal berupa saham2.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendirikan bisnis sendiri :
1. Mantapkan keinginan untuk berbisnis sendiri.
2. Mulailah dengan membuat komitmen untuk menjadi seorang pengusaha kecil/menengah
3.
Lakukan penelitian tentang industri dan pasar dari produk yang akan dibisniskan.
4. Punya keahlian tertentu.
5. Memahami sifat dasar bisnis yang akan dipilih
6. Lihat ruang lingkup secara keseluruhan dari bisnis yang dipilih dan kaji peluang pasar saat ini dan mendat
7. Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yg akan dipilih

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000:90) hampir setengah atau 43 persen responden (wirausaha) menggunakan sumber ide bisnisnya dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya. Mereka mengetahui cara-cara mengoperasikan perusahaan dari pengalaman tersebut. Sebanyak 15 persen lagi dari responden dengan mencobanya dan mereka merasa mampu dengan lebih baik. Sebanyak 1 dari 10 responden (11 persen) dari wirausaha yang disurvai mengungkapkan memulai usaha untuk mencari peluang pasar. Sedangkan sebanyak 46 persen lagi dikarenakan hoby. 

Sumber:
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/99012-8-806776674225.doc

12/14/2011

Kewirausahaan dalam Bisnis


Kewirausahaan merupakan aspek yang sangat penting tidak hanya bagi pelaksananan suatu kegiatan usaha (bisnis) tetapi juga dalam menghadapi berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari. Kewirausahaan mencerminkan kualitas dan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan dan resiko, memanfaatkan peluang, dan mencapai keberhasilan.

Kewirausahaan itu sendiri bukanlah jaminan bagi keberhasilan suatu kegiatan (bisnis), namun sering kali memjadi prasyarat yang harus dipenuhi. Kewirausahaan merupakan pandangan dan kemampuan seseorang dalam menghadapi lingkungannya. Bagaimana seseorang memandang suatu kejadian, mengambil keputusan atas dasar pandangan tersebut, bertindak mewujudkan keputusannya, dan menerima konsekwensi dari tindakan tadi sebagai bagian dari proses penghimpunan pengetahuan dan ketrampilan.

Wirausaha (entrepreneur) adalah individu yang memiliki pengendalian tertentu terhadap alat-alat produksi dan menghasilkan lebih banyak daripada yang dapat dikonsumsinya atau dijual atau ditukarkan agar memperoleh pendapatan. Entrepreneur adalah ahlinya mengambilresiko dan bagaimana menghasilkan kombinasi baru dengan cara memperkenalkan produk-produk atau proses-proses atau mengantisipasi pasar ekspor atau mengkreasikan tipe organisasi baru.

Tuntutan atas peran dan fungsi wirausaha dikaitkan dengan lingkungan dimana wirausaha tersebut berada. Pada tahap awal pengembangan kegiatan dibutuhkan wirausaha inovatif. Wirausaha inovatif adalah mereka yang mampu “menciptakan” sesuatu yang “baru” berdasarkan peluang atau juga hambatan dan ancaman yang dihadapi. Sesuatu yang “baru” yang juga “diciptakan” tersebut sering kali justru hanyalah sesuatu yang sudah lazim dan dikenal oleh banyak orang tetapi tidak atau belum dikembangkan sebagai suatu kegiatan yang bermakna bagi orang banyak.

Pada tahap selanjutnya dibutuhkan wirausaha arbitrase. Wirausaha ini mengembangkan inovasi baru menjadi sesuatu yang dapat berkesinambungan. Para wirausaha arbitrase dituntut untuk dapat mengulang keber-”ada”-an kegiatan yang telah dihasilkan sebelumnya, berdasarkan manfaat yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya. Pertimbangan keuntungan menjadi dasar keberhasilan dalam tahap ini. Pada tahap akhir dibutuhkan wirausaha manajerial yang harus dapat mengembangkan keuntungan kegiatan yang telah dilakukan secara optimal, sekaligus mengembangkannya lebih lanjut (ekspansi). Dalam hal ini aspek efisiensi dan pengembangan usaha sering menjadi indikator keberhasilannya.

Sifat-sifat terpenting dari wirausaha dikenal dengan Ten-D :
  1. Dream (mimpi), memiliki visi kedepan dan kemampuan mencapai visi tersebut
  2. Decisiveness (ketegasan), tidak menagguhkan waktu dan membuat keputusan dengan cepat
  3. Doers (pelaku), melaksanakan secepat mungkin.
  4. Deternination (ketetapan hati), komitmen lokal, pantang menyerah.
  5. Dedication (dedikasi), berdedikasi total, tak kenal lelah
  6. Devotion (kesetiaan), mencintai apa yang dikerjakan
  7. Details (terperinci), menguasai rincian yang bersifat kritis
  8. Destiny (nasib), bertanggung jawab atas nasib sendiri
  9. Dollars (uang), kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti sebagai ukuran kesuksesan
  10. Distribute (distribusi), mendistribusikan kepemilikan usahanya kepada karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan usahanya.

Jadi di dalam kewirausahaan sangat ditentukan oleh segi kemampuan pengusaha sebagai mandiri, namun demikian perlu dipahami bahwa ditekankan adanya faktor kerja sama dan keterkaitan antar unit maupun dengan wirausahawan yang lain. Oleh karena itu tidaklah tepat seorang pengusaha menutup diri dari komunitasnya, tetapi harus dapat menciptakan masyarakat yang dinamis, harmonis dan serasi.

12/12/2011

Kerangka Utama dalam Periklanan


Hall (1992) dan O’Malley (1991) mengemukakan bahwa ada empat kerangka periklanan.
1. Kerangka Penjualan.
Kerangka ini didasarkan pada premis bahwa tingkat penjualan adalah satu-satunya faktor yang patut dipertimbangkan ketika mengukur efektivitas kampanye iklan. Pandangan ini menyatakan bahwa semua kegiatan periklanan yang pada akhirnya bertujuan pada pergeseran produk  akan menghasilkan penjualan. Iklan dianggap berdampak langsung pada penjualan jangka pendek. Efek ini dapat diukur dan, sementara hasil lainnya dianggap juga hasil dari iklan, disini faktor yang dianggap penting hanya penjualan. Dalam penjualan sendiri perlu diketahui apakah efek sebenarnya dari iklan dapat dirasakan.

2. Kerangka persuasi.
Kerangka kedua mengasumsikan iklan untuk bekerja karena ia mampu bekerja seperti halnya mampu melakukan persuasi. Persuasi dipengaruhi oleh pembeli yang secara bertahap bergerak melalui sejumlah langkah sekuensial. Model hirearki efek  ini mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan pembeli adalah rasional dan dapat diprediksi secara akurat. Model ini memiliki sejumlah kelemahan dan tidak lagi digunakan sebagai dasar untuk merancang iklan, meskipun sempat memiliki popularitas besar di tahun 1960-an dan 1970-an.

3. Kerangka keterlibatan
Iklan yang  berdasarkan keterlibatan dilakukan dengan melibatkan anggota kelompok sasaran dalam iklan. Keterlibatan sasaran dengan produk terjadi sebagai konsekuensi dari keterlibatan dalam iklan.

4. Kerangka arti-penting.
Model arti-penting didasarkan pada premis bahwa iklan bekerja dari luar, dengan membuatnya menjadi sangat berbeda dari semua iklan lain dalam kelas produk yang sama. Misalnya operator layanan selular ’Orange’ selalu membedakan diri dengan presentasi yang sangat cerah dengan warna jingga mencolok dalam logonya dan gambar  yang sangat menarik digunakan untuk menyampaikan beberapa hal. Misalnya: gambar telinga binatang yang berdiri tegak untuk menggambarkan bahwa semua fasilitas atau kemudahan yang diperoleh adalah gratis.

12/11/2011

Evaluasi Keputusan Investasi


     Dalam keputusan investasi hanya ada dua alternatif, yaitu menerima atau menolak usulan investasi. Untuk mendapatkan keputusan investasi yang tepat perlu dilakukan evaluasi terhadap usulan investasi. Metode untuk mengevaluasi usulan dalam rangka pengambilan keputusan investasi tersebut antara lain:
  1. Average Rate of Return (ARR) atau Return on Investment (ROI) merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap investasi. Metode ARR mendasarkan pada laba dari akuntansi dan bukannya aliran kas.
  2. Payback Period (PP). Menunjukkan berapa lama (jangka waktu) yang disyaratkan untuk pengembalian initial cash invesment (investasi). Atau rasio antara initial investment dengan net cash flow.
  3. Internal Rate of Return (IRR).
  4. Net Present Value. Merupakan tolok ukur keuangan usaha (investasi yang ditanamkan) agar didapat hasil analisa yang setara pada tahun sebelum maupun sesudahnya.
  5. Profitability Index (Pi). Salah satu tolok ukur yang memperbandingkan present value kas masuk dengan present value kas keluar pada penggunaan discount rate tertentu.

12/06/2011

Etika dalam Bisnis dan Kerjasama


Seorang wirausaha dengan segala kelebihan dan kekurangannya memerlukan kerja sama dengan pihak lain, yang pada gilirannya tercapai keadaan yang saling menguntungkan (Win-win Solution). Kerja sama yang baik akan tercipta, bila kerjasama tersebut dilandasi nilai-nilai kerja sama yang disepakati bersama. Salah satu yang harus diperhatikan dalam masalah kerja sama usaha ini adalah “Etika Bisnis dalam Bekerja sama”.

John L. Mariotti (1993) mengungkapkan ada 6 dasar etika bisnisyang harus diperhatikan, yaitu:

a) Karakter, integritas, dan kejujuran
Setiap orang pada hakekatnya memiliki karakter yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, sehingga karakter menunjukkan personality atau kepribadian seseorang yang menunjukkan kualitas yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok komunitas tertentu.
Seorang yang memiliki karakter yang baik, biasanya memiliki integritas diri yang tinggi. Jadi, yang dimaksud dengan integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, sehingga dapat memancarkan kewibawaan. Oleh karena itu, seseorang yang berintegritas tinggi biasanya memiliki kejujuran lebih dari mereka yang integritas dirinya kurang. Dengan demikian, kejujuran menunjukkan ketulusan hati dan sikap dasar yang dimiliki setiap manusia.
Sudah seharusnya seorang wirausaha memilih mitra kerja yang selain jujur juga potensial. Ia juga memiliki karakter dan integritas yang tinggi. Karakter, integritas, dan kejujuran merupakan tiga hal yang saling terkait atau merupakan satu kesatuan yang membentuk “pribadi tangguh”. Wachyu Suparyanto (2004) dalam bukunya yang berjudul “Petunjuk Untuk Memulai Berwirausaha” mengatakan “Mitra kerja yang sempurna adalah yang mempunyai kemampuan dalam berbagai hal melebihi kemampuan kita serta jujur karena jika kemampuannya sangat tinggi, tapi tidak jujur dia akan membohongi kita atau dengan kata lain pagar makan tanaman. Di sisi lain jika mitra kita jujur tetapi kemampuannya rendah, dia akan membuat kita lelah.”

b) Kepercayaan.
Kepercayaan adalah keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu yang dipercaya itu benar atau nyata. Kepercayaan merupakan modal dalam berbisnis yang tidak muncul begitu saja atau dadakan. Kepercayaan lahir dan dibangun dari pengalaman. Oleh karena itu, kepercayaan dimunculkan dari proses yang mungkin dalam waktu singkat, bahkan bisa pula dalam waktu yang lama.
Seorang wirausaha yang akan berkerja sama dengan pihak atau orang lain akan memilih mitra yang ia percaya, yang telah melalui proses uji kelayakan sebagai mitra. Proses pengujian ini dapat dilakukan baik melalui pengamatan maupun membaca track record calon mitra, baik secara langsung maupun melalui pihak lain yang dipercaya. Sudah selayaknya mitra yang diajak berkerja sama adalah orang atau pihak yang benar-benar dapat dipercaya, karena sekali salah memilih mitra maka akan sulit membangun kembali kepercayaan.

c) Komunikasi yang terbuka.
Dikarenakan kerja sama didasarkan atas kepentingan kedua pihak, maka dalam kerja sama usaha harus ada komunikasi yang terbuka antara keduanya. Komunikasi kedua pihak penting, mengingat dalam usaha atau bisnis memerlukan banyak informasi untuk menunjang kepentingan usaha. Pertukaran informasi dan diskusi kedua pihak mengenai usaha bersama yang dijalankan tidak mungkin terjadi jika salah satu pihak menutup diri atau kurang terbuka. Oleh karena itu, komunikasi yang terbuka merupakan salah satu dasar bermitra yang harus dibangun.
Untuk memahami masalah komunikasi ini, kita harus mengetahui tentang Kiat mengembangkan Kemampuan Berkomunikasi.

d) A d i l
Telah diungkapkan pada uraian terdahulu bahwa maksud dan tujuan dari kerja sama adalah “Win-win Solution”, yang bermakna bahwa dalam kerja sama harus ada keadilan di antara kedua pihak.
Artinya bahwa bila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka bukan hanya salah satu pihak saja yang harus menanggung kerugian tersebut, melainkan harus ditanggung bersama. Begitu pula sebaliknya, bila mendapatkan keuntungan, keduanya pun memperoleh keuntungan. Besarnya kerugian dan keuntungan bagian masing masing ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama pada awal kontrak kerja sama ditandatangani, yang biasanya didasarkan pada sumbangan masing-masing pihak dalam kerja sama tersebut. Dengan demikian, adil menunjukkan sikap tidak berat sebelah atau menguntungkan/merugikan pihak lain. Adil memang mudah untuk diucapkan, namun berat untuk dilaksanakan oleh manusia karena hanya Tuhan yang maha adil.

e)Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra.
Seorang wirausaha yang melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain memiliki motivasi tertentu, yang dibentuk oleh keinginan-keinginan tertentu yang akan diraihnya dari kerja sama tersebut. Dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada kerja sama yang tidak didasari keinginan-keinginan tertentu dari pihak yang bermitra tersebut.
Keinginan-keinginan dari kedua pihak dapat keinginan yang bersifat ekonomi, seperti keinginan untuk lebih maju dan berkembang, keinginan memperluas pasar dan sebagainya, maupun keinginan non-ekonomi, seperti peningkatkan kemampuan dan pengalaman serta pergaulan usaha yang lebih luas. Keinginan-keinginan tersebut akan menjadi penggerak atau motivator uantuk menjalankan kerja sama secara harmonis.

f)Keseimbangan antara insentif dan resiko.
Sebagaimana dalam aspek “adil’ yang diuraikan sebelumnya, aspek keseimbangan antara insentif dan resiko dapat pula bermakna adil. Artinya, dalam berbisnis, pasti akan ada resiko yang harus dipikul masing-masing pihak dan ada insentif yang diterima masing-masing sebagai hasil atau dampak dari resiko yang ditanggung tersebut.
Keseimbangan antara insentif dan resiko senantiasa ada selama kerja sama usaha tersebut ada dan kedua pihak sepakat untuk tetap mempertahankannya. Bila salah satu pihak sudah tidak sanggup untuk menjalankan resiko, maka otomatis insentif berupa keuntungan pun tidak akan diraihnya dan tentu saja ini akan menganggu kontinuitas kerja sama/ usaha yang dilakukan.

12/05/2011

Wirausaha dan Pengambilan Resiko


Wirausaha merupakan pengambil resiko yang sudah diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari situasi risiko rendah karena tidak ada tantangannya dan menjauhi situasi risiko tinggi, karena mereka ingin berhasil. Mereka menyukai tantangan yang dapat dicapai.

Apakah Situasi Berisiko itu?
          Situasi berisiko terjadi jika anda diminta membuat pilihan antara dua alternatif atau lebih, yang bakal hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Situasi ini mengandung potensi kegagalan dan potensi sukses. Semakin besar kemungkinan kerugian, semakin besar risikonya. 
Kebanyakan ciri-ciri wirausaha saling berkaitan. Hal ini lebih-lebih berlaku pada perilaku pengambilan risiko. Beberapa kaitan itu antara lain:

1.  Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas.
2. Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
3. Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan anda sendiri juga penting.

Dalam mengambil keputusan perlu adanya suatu alternatif yang harus diambil, yaitu alternatif yang “mengandung risiko” atau alternatif “konservatif” tergantung pada:
  1. Daya tarik setiap alternatif
  2. Sejauh mana anda bersedia rugi
  3. Kemungkinan relatif sukses dan gagal
  4. Seberapa jauh anda meningkatkan. 

Kebanyakan ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, antara lain:
  •  Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovatif.
  • Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri.

Pengambilan resiko pribadi merupakan hal yang hakiki dalam merealisasi potensi anda sendiri sebagai wirausaha. Contohnya: pengambilan risiko dalam hubungan pribadi dengan istri, teman-teman dan tetangga akan membantu anda memperoleh pengalaman untuk menilai serta mengambil risiko dan mengelakkan risiko yang kecil ganjaran potensialnya. 

Mengembangkan Ide-ide Kreatif
Pengambilan risiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting para wirausaha. Dengan berusaha menjadi lebih kreatif, anda juga menjadi lebih sadar akan ide-ide yang baik, maka anda akan lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk melaksanakan ide-ide anda yang paling produktif.Jangan pernah memaksakan ide anda pada seseorang. Orang memerlukan waktu sebelum dapat menerima sesuatu yang baru. Ide yang melibatkan masa depan organisasi mengandung risiko. Setiap ada resiko biasanya orang agak ragu-ragu.
Untuk mengurangi risiko ditolaknya suatu ide, saran-saran berikut mungkin dapat menolong:
• Coba utarakan ide anda kepada isteri atau teman-teman anda.
• Pilihlah tempat dan waktu untuk mengemukakan ide anda kepada orang lain.
• Kemukakan ide anda sedikit demi sedikit

12/04/2011

Resiko Investasi

Resiko suatu suatu usulan investasi didefinisikan sebagai variabilitas kemungkinan-kemungkinan keuntungannya. Situasi-situasi dalam keputusan investasi bisa dibagi dalam tiga kelompok, yaitu situasi kepastian, resiko, dan ketidakpastian. Perbedaannya adalah terletak pada diketahui tidaknya probabilitas kejadian suatu peristiwa. Pada situasi resiko probabilitasnya diketahui, sedangkan pada situasi ketidak pastian probabilitasnya tidak diketahui. Masalah yang akan dibahas disini adalah situasi resiko,walaupun istilah resiko dan ketidakpastian seringkali digunakan dalam artian yang sama.
Hampir semua investasi mengandung unsur resiko, karena yang bisa dilakukan investor adalah memperkirakan beberapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan.
Resiko investasi mengandung arti bahwa return diwaktu yang akan datang tidak dapat diketahui tetapi hanya dapat diharapkan/diestimasikan.
Ada beberapa sumber resiko yang bisa mempengaruhi besarnya resiko suatu investasi antara lain:
  1. Resiko suku Bunga
  2. Resiko pasar
  3. Resiko inflasi
  4. Resiko bisnis
  5. Resiko finansial
  6. Resiko likuiditas
  7. Resiko nilai tukar mata uang
  8. Resiko negara

12/01/2011

Pengambilan Keputusan


Membuat keputusan (decision making) adalah suatu proses memilih alternatif tertentu dari beberapa alternatif yang ada. Jadi, membuat keputusan adalah suatu proses memilih antara berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan. Semakin berpengalaman dalam pengambilan keputusan, semakin besar pula kepercayaan diri yang akan semakin berorientasi pula pada suatu tindakan. Jika seorang Wirausaha mampu mengambil suatu keputusan dalam batas-batas waktu yang masuk akal, mungkin ia mampu mengambil suatu keputusan yang menguntungkan sehingga sewaktu-waktu muncul peluang-peluang bisnis. 
Di sini seorang Wirausaha harus cepat mengambil suatu keputusan agar dapat menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. Wirausaha yang ingin maju dalam bisnisnya, harus dapat memutar akal dengan mengandalkan intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga harus memandang persoalan dalam konteks yang lebih luas, sambil mengingat bahwa keputusan-keputusan utama akan mempunyai akibat-akibat jangka panjang atas operasi bisnisnya. Seorang wirausaha diharapkan lebih aktif dan lebih kreatif, karena ia harus membuat keputusan (decision making) tanpa bantuan data-data kuantitatif (data berbentuk angka-angka) atau dukungan staf yang berpengalaman. 
Keberhasilan seorang Wirausaha di dalam bisnis, tergantung pada kemampuan membuat keputusan yang meningkatkan kemampuan bisnisnya pada masa yang akan datang. Kemampuan membuat keputusan dapat diperoleh dari pengalamannya selama bertahun-tahun. Akan tetapi, dalam prakteknya pasti ada saja kesalahan-kesalahan, yang harus cepat disadari dan diambil tindakan pembetulannya. Dalam perusahaan besar, biasanya pembuatan dan pengambilan keputusan itu didasarkan atas dasar data-data dan dokumentasi perusahaan yang terdapat dalam survei, laporan usaha, dan sebagainya. 
Informasi ini biasanya telah dihimpun dengan cara yang sudah ditentukan, sesuai dengan teknik-teknik pemecahan masalah. Adapun pedoman atau kunci untuk membuat keputusan adalah sebagai berikut:
  1. Terlebih dahulu, tentukan fakta-fakta dari persoalan yang sudah dikenal.
  2. Identifikasi, bidang manakah dari persoalan-persoalan yang tidak berdasarkan fakta-fakta. Di bidang yang dikenal inilah, seorang Wirausaha harus menggunakan logika, penalaran, dan institusinya untuk membuat keputusan.
  3. Keberanian dan antusiasme sangat diperlukan dalam menerapkan sebuah keputusan 
  4. Bersedia untuk mengambil tindakan agresif dalam menerapkan sebuah keputusan.
  5. Ambillah risiko yang sedang-sedang saja jika terdapat ketidakpastian yang besar.
  6. Dalam keadaan tertentu, mungkin lebih baik untuk meneruskan sesuatu yang telah berhasil pada masa lampau. 
  7. Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastis susunan organisasi yang sekarang.
  8. Keputusan perlu diuji cobakan dahulu.